Back To Top

Selasa, 02 Februari 2016

Sajak Cinta Santri Nahwu

saat itu.. aku isim mufrod, tunggal sendiri saja..

Seperti huruf, sendiri tak bermakna..

seperti fi’il laazim, mencinta tak ada yang dicinta

tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi mubtada’, memulai sesuatu.

menjadi seorang fa’il, yang berawal dari fi’il.

tapi aku seperti fi’il mudhoori’ alladzii lam yattashil biaakhirihii syaiun
 mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir.

Bertemu denganmu adalah khobar muqoddam, sebuah kabar yang tak disangka.

Aku pun jadi mubtada’ muakkhor, perintis yang kesiangan.

Aku mulai dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid,

terkhusus untuk dirimu dengan penuh mak’na.

Dari sini semua bermula
Aku dan kamu, bagaikan idhofah
aku mudhof, kamu mudhof ilaih.
tak bisa dipisahkan

Cintaku padamu, beri’rob rofa’. Tinggi Bertanda dhummah. Bersatu
Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi.

Saat mengejar cintamu, aku cuma isim beri’rob nashob. Susah payah
yang bertanda fathah. Terbuka Hanya dengan bersusah payah maka jalan itu kan terbuka.

Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang kofdh.
Hina dan rendah Bertanda Kasroh. Terpecah belah

Jika kita berpecah belah tak bersatu, rendahlah derajat cinta kita.
Karenanya, kan kujaga cinta kita, layaknya isim yang beri’rob jazm.

Penuh kepastian Bertanda dengan sukun.
Ketenangan.

Kan kita gapai cinta yang penuh damai saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu, menjadi susunan jumlah cinta yang sempurna dan aku harap tanpa adanya amil nawashih yang kan merusak hubungan kita.

dikutip dari akiro tnt blog 
 (blog buatan seorang siswa smp roudlotus sholihin)


-ramadhan/IX 

Bagikan ke Facebook